BUDAYA KOTA DOMPU
I. Musyawarah (mbolo weki) yang merupakan kesepahaman dan
kesepakatan diantara keluarga dekat dan masyarakat dompu pada umumnya
melaksanakan secara bersama-sama juka ada hajatan atau disebut dengan
bahasa daerahnya (kancombu rakancore).
II. Hataman al-qur’an yang pada dasarnya anak yang disunat dan dikhitan sebaiknya bisa mengaji dahulu sebelum disunat.
III. Melakukan ngaji jama’ (ngaji jama’) sekaligus do’a
bersama agar pelaksanaan hajatan yang dimaksud terhindar dari hambatan
dan rintangan sejak awal hingga pada akhirnya.
IV. Arak-arakan dengan menggunakan umalige (rumah tradisi
dompu sebagai tempat duduk mereka kemudian dipasung secara bersama-sama
berkeliling kampung dan diiringi dengan gendang besar dan nafiri (silu)
juga …………… Yang lainnya seperti jara, sarone, kareku kandei. Tari
penyambutan dan permainan rakyat seperti gantaung, permainan prisaian
dan hadara.V. Kapanca adalah merupakan pemberian kecantikan pada diri si
anak agar dia bisa melupakan rasa sakit yang ia bayangkan yang
dilakukan oleh kaum wanita yang mempunyai karismatik ditengah-tengah
masyarakat terdiri dari 7, 9 bahkan 11 orang dengan menggunakan beras
kuning untuk ditabur pada sekeliling anak, air bunga untuk diteteskan
pada badan dan daun pacar untuk ditempelkan pada telapak tangan si anak
dengan melakukan zikir (sarafal anam) sebai pengirim diaat melakukan
kapanca.
VI. Compo sampari (persenyawaan dengan bedogan) yang
dilakukan oleh kaum bapak, anak laki-laki agar diri si anak tidak gentar
dan takut menghadapi musibah yang menimpa dirinya yaitu ujung
kemaluannya dipotong (dou rangga) dan sebagai landasan petuah adat
masyarakat dompu jasmani dan rohani harus memiliki empat faktor untuk
kehidupan yaitu : umataho, wei taho, jara taho, besi taho yang artinya
rumah yang baik, istri yang baik, kuda yang baik dan besi yang baik
untuk kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar